Masakan Tionghoa

Masakan Tionghoa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bakmi
Masakan Tionghoa adalah kuliner yang dihasilkan oleh orang Tionghoa, baik yang ada di Tiongkok, maupun yang ada di perantauan, termasuk di Indonesia. Istilah masakan Tionghoa di Tiongkok daratan juga mengacu kepada variasi dari seluruh suku bangsa, agama dan tradisi yang berkembang di negara tersebut. Namun, masakan Tionghoa yang diperkenalkan kepada banyak bangsa di dunia mayoritas merupakan masakan etnis Han. Pengaruh masakan etnis Han ada di setiap kuliner negara-negara timur dan menyebar di luar komunitas-komunitasnya di seluruh dunia.
Penyiapan masakan Tionghoa untuk sehari-hari dapat singkat dan mudah, namun untuk acara formal bisa menjadi hidangan yang beragam dan meriah. Filosofi masakan Tionghoa adalah makanan harus memuaskan selera dan melengkapi rasa, betapapun sederhana bahan-bahannya.

Sejarah

Sama seperti bangsa lain, sejak zaman primitif, orang Tionghoa bergantung pada hasil buruan dan tangkapan dari laut atau sungai. Seiring berjalannya waktu, baik produk daging hewan dan pertanian menjadi sajian dalam konsumsi sehari-hari. Pada waktu tertentu ada kecenderungan kuat pada konsumsi makanan berbasis sayur-sayuran, menyusul pengenalan agama Buddha yang melarang membunuh hewan. Kebiasaan ini meningkat pada zaman Dinasti Tang dan Song di mana populasi bertambah banyak dan agama Buddha banyak dianut.
Di zaman modern di mana ekonomi bergantung pada pertanian, selain dengan jumlah penduduk yang besar, pola konsumsi juga bergantung pada hasil-hasil pertanian dengan sedikit daging.

Karakteristik

Sarang burung walet
Masakan Tionghoa menggunakan bermacam-macam bahan, mulai dari rebung, akar bunga teratai, kastanya air (Eleocharis dulcis) sirip ikan hiu, sarang burung walet, daging kura-kura, lidah bebek, cakar beruang, lidah dan insang ikan, bunga lili, dan sebagainya. Hal ini membuat orang asing menganggap masakan Tionghoa sebagai kuliner yang eksotis.
Sebagian besar hidangan adalah campuran dari beberapa macam bahan. Daging dan sayur disajikan bersamaan. Bumbu dan perisa ditambahkan pada saat memasak.
Sayur atau daging dipotong kecil-kecil untuk dapat dengan mudah dimakan dengan sumpit selain agar bumbu meresap lebih cepat, dapat mempersingkat waktu dan menghemat bahan bakar.
Makanan pokok adalah beras, terutama di wilayah bagian selatan aliran Sungai Yangtze. Di utara lebih banyak mengkonsumsi gandum, jewawut, jagung, jelai, dan kaoliang (sejenis sorghum). Makanan laut terbatas dikonsumsi oleh masyarakat di pesisir pantai saja. Warga yang tinggal di pedalaman menggunakan bahan makanan laut kering atau diasinkan.
Minyak untuk memasak yang digunakan antara lain mentega, lemak hewani, minyak sayur, minyak biji kapas, minyak kedelai dan minyak kacang-kacangan. Minyak dapat menambah rasa, memberikan aroma harum sayur terhadap daging dan sebaliknya memberi sayuran rasa daging. Untuk menambah rasa, kecap dan garam dipercikkan secara bersamaan.Kacang kedelai diolah menjadi tahu, susu kedelai dan kecap.

Metode

Chao
Terdapat metode memasak yang sejak lama distandarkan di seluruh daerah antara lain merebus dengan kuah, rebus kering, rebus dengan api sedang, goreng, panggang, bakar, memasak dengan panci ganda dan mengkukus. Panggang dalam oven jarang dilakukan di rumah, sementara merebus dalam air dalam ukuran besar tidak berlaku. Mencelur dilakukan sebagai persiapan bahan-bahan sebelum memasak.
Pemotongan dan penyajian bahan makanan yang benar, dimasak cepat di atas suhu panas tinggi dan ketepatan waktu adalah elemen-elemen utama dalam keahlian memasak masakan Tionghoa. Dengan 3 hal tersebut, orang Tionghoa pada khususnya, menciptakan metode chao, memasak cepat dengan sedikit minyak di atas panas tinggi, terus mengoseng serta membakarnya dengan api untuk mempertahankan rasa, kesegaran, dan kelembutan masakan. Sayur yang dimasak chao rasanya garing dan warnanya jadi lebih menarik.
  • Bumbu-bumbu dan saus yang umum digunakan:
monosodium glutamat, gula, garam, bumbu kari, minyak sayur, gula, madu, arak, moster, kecap, pasta wijen dan sebagainya
Beberapa masakan Tionghoa yang terkenal di luar negeri antara lain chop suey, chow mien, mantou, jiaozi, nasi goreng, pangsit, lumpia dan sebagainya

Delapan besar masakan Tionghoa

Dimsum, masakan Kanton.
  • Masakan Shandong (Shantung/Lu)[1], mewakili kuliner Tionghoa utara. Bahan pokok dengan tepung gandum. Masakan daerah ini dikenal dengan metode memasak memakai kaldu arak.
  • Masakan Henan (Honan), dikenal dengan hidangan dengan saus asam manis.
  • Masakan Sichuan (Szechwan), dikenal menggunakan banyak cabai sehingga berasa pedas. Produk terkenal antara lain jamur dan daging asin.
  • Masakan Jiangsu, dibuat dari bahan-bahan yang dipilih secara saksama, mulai dari daun teh segar, rebung, jamur, buah pir dan jujube. Kategori mencakup masakan dari daerah Yangzhou, Nanjing, Suzhou dan Zhenjiang.[2]
  • Masakan Zhejiang, tidak berlemak, dikenal menghasilkan rasa segar, empuk, dan harum yang lembut.[3]
  • Masakan Anhui, dimasak dengan bahan-bahan yang tidak biasa menggunakan metode memasak yang saksama. Kebanyakan bahan didapat dari wilayah pegunungan.[4]
  • Masakan Fujian, terdiri dari hidangan berbahan dasar makanan laut.[5] Dikenal akan penggunaan gula dan hongzao (jujube merah) sebagai bahan masakan.
  • Masakan Guangdong (Kwangtung/Kanton), dikenal paling beragam dan meriah karena menggunakan bahan-bahan pilihan.[6] Bumbu dari herba dan rempah-rempah. Kaldu yang digunakan berciri khas kental dan pekat. Merupakan kuliner Tionghoa pertama yang menerima pengaruh kuliner asing. Selain itu juga populer di luar negeri. Salah satu resepnya adalah chop suey, hidangan yang tidak ada di Tiongkok, melainkan dibuat di restoran-restoran masakan Kanton di Amerika Serikat yang mengikuti selera orang asing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tarian Thailand

Tari Lam Vong

Tarian Tradisional Kamboja