Tarian Tradisional Kamboja
Tarian Tradisional Kamboja
Tarian merupakan tradisi penting dalam
kehidupan masyarakat Kamboja sejak jaman dahulu, karena digunakan untuk
menginspirasi bagi yang menyaksikannya, meningkatkan budaya, etika
bahkan moral. Dengan menari, rakyat Kamboja dapat mengekspresikan
nilai-nilai mitos yang diyakininya, nilai-nilai spiritual dan juga
mengungkapkan estetika yang dimilikinya. Bahkan pada tarian klasik,
seperti juga tarian klasik lainnya di Asia, awalnya dipercaya sebagai
media penghubung antara dunia Dewata dan manusia, sehingga menari
merupakan bagian dari ritual doa. Biasanya hanya dilakukan terbatas di
kalangan istana kerajaan sebagai permohonan agar para Dewa memberi
perlindungan terhadap krisis yang terjadi seperti banjir, kekeringan,
kelaparan, penyakit dan perang.
Sebagai tradisi yang lekat dalam
kehidupan masyarakat dan tidak bisa lepas dari jalinan sejarah yang
terjadi, tarian Kamboja juga mengalami masa kelam dalam perkembangannya.
Hampir semua tarian Kamboja, termasuk yang klasik, mengalami masa mati
suri selama Khmer Merah berkuasa antara 1975 – 1979, karena seni
termasuk sisi kehidupan yang tidak diperkenankan keberadaannya dalam
ideologi yang berkembang saat itu. Lebih dari 80 persen seniman
tradisional tewas karena terbunuh, kelaparan atau penyakit.
Setelahnya,
para seniman yang masih hidup bersama beberapa orang yang memiliki
keberanian untuk mengekspressikan diri, mencari satu sama lain untuk
membentuk kelompok-kelompok untuk tujuan menghidupkan kembali tradisi
tari. Akhirnya dengan berakhirnya perang sipil dan semakin membaiknya
kehidupan politik di Cambodia, seni tari Cambodia mengakhiri kondisi
mati surinya yang kemudian terus berkembang semakin luas, tidak hanya
di dalam negeri melainkan juga ke seluruh penjuru dunia.
Salah satu acara memperkenalkan budaya
dan seni, sebagai anggota ASEAN, Cambodia berkesempatan berpartisipasi
dalam ASEAN Performing Arts VIII featuring the Kingdom of Cambodia yang
bertemakan “Cambodia: Diversity of Intangible Cultural Heritage”, yang
diselenggarakan di Jakarta, beberapa bulan lalu. Dalam kesempatan ini,
berbagai tarian Cambodia silih berganti dipertunjukkan.
Dalam bagian pertama ini, tarian yang diceritakan adalah tarian klasik, pada bagian berikutnya tarian pergaulan/rakyat
Te Vak Srey Sour (Angel Dance)
Dari
booklet yang dibagikan kepada pengunjung, dijelaskan bahwa sesungguhnya
tarian ini merupakan ekspresi dari para penari Surga. Tarian yang
sebelumnya tidak dapat dilihat umum secara bebas, sekarang ini telah
ditampilkan secara langsung di panggung untuk memperlihatkan bagaimana
indah dan anggunnya mereka menari. Tidak hanya itu, hanya dalam tarian
ini dapat dilihat sikap dan gerakan-gerakan tarian yang selama ini hanya
dapat disaksikan dalam ukiran-ukiran pada dinding candi-candi Khmer.
Gerakan-gerakan yang sangat mendasar dan simbolis ini menjadi gerakan
klasik dalam tarian Khmer yang berkembang selanjutnya. Keseluruhannya
ada 108 gerakan dasar tari, yang dapat dilihat dalam tarian ini.
Saat itu, hanya ada satu penari yang
membawakan tarian di panggung, namun tidak lama kemudian menyusul dua
penari lainnya bergabung di panggung. Memang benar apa yang
dideskripsikan pada booklet, pose-nya sangat indah dilihat. Gemulai,
namun penuh kekuatan.
Tarian Te Vak Srey Sour atau Angel Dance
ini tidak dapat dipungkiri merupakan tarian yang berkelas, kombinasi
istimewa antara kekuatan fisik dan kelenturan yang luar biasa yang harus
dimiliki para penarinya. Salah satu gerakan luar biasa yang dilakukan
penari adalah saat harus dapat berdiri tegak dengan satu kaki sementara
tumit kaki lainnya menyentuh bokong, dan tubuh berputar 360 derajat
dengan halusnya. Saya berdecak kagum melihat gerakan indah yang luar
biasa itu.
Sebagai penikmat tarian, ketika melihat
Te Vak Srey Sour atau Angel Dance ini, teringat akan tarian Bali Legong
Kraton yang memiliki gerakan dasar dari tarian-tarian Bali. Biasanya
orang yang belajar tari Bali memahami bahwa seluruh gerakan dasar tarian
Bali ada pada tarian Legong Kraton. Mungkin ada benang merah yang dapat
ditarik antara Angel Dance dari Cambodia dengan Legong Kraton dari
Bali, bahwa semua tarian klasik yang memiliki gerakan dasar, pada
awalnya hanya dapat disaksikan oleh kalangan terbatas di dalam istana,
namun akhirnya perkembangan jaman dan budaya seakan memaksanya untuk
dapat diperkenalkan ke masyarakat yang lebih luas.
Komentar
Posting Komentar