Apsara: Tarian bidadari Kamboja
Apsara: Tarian bidadari Kamboja
(VOVworld)
- Setiap negara mempunyai satu jenis kesneian tari dan nyanyi sendiri
yang kental dengan ciri-ciri tradisional dan bisa memperkenalkan
kebudayaan masing-masing negara kepada para turis dari semua penjuru.
Kalau Vietnam mempunyai wayang golek air, musik Istana, Thailand
mempunyai drama boneka Khon, Indonesia mempunyai tarian Saman, maka
Kamboja mempunyai “Tarian bidadari Apsara”.
“Saya
sangat terkesan dengan tarian Apsara. Semua penari memainkan tarian ini
dengan tingkah laku yang halus seperti para bidadari yang sedang
main-main di tengah taman bunga mawar-tempat dimana mereka adalah satu
bagian yang indah dari taman ini. Semua gerak-gerik tarian ini lambat
dan halus sehingga bisa memanifestasikan ciri-ciri khas dari seni tarian
Apsara yang tidak sama dengan hampir semua tarian lain di dunia”.
“Para
seniman memiliki tangan yang lembut, air mukanya berseri-seri laksana
bunga-bungaan, bentuk badan-nya standar. Khususnya, pakaian mereka
sangat canggih”.
Di
panggung Chatomuk (di Ibukota Phnom Penh), di tengah-tengah suasana
band “Pinpeat- musik tradisional orang Khmer keluar-lah dari kedua belah
panggung, tangan-tangan indah mereka diangkat tinggi.
Jari-jari tangan mereka melengkung, lembut, berkilau-kilau dalam
warna-warni sinar lampu. Para penonton terkesan bahwa para bidadari itu
menjelma para gadis sedang dalam semua tarian sehingga menciptakan
tarian yang mempesonakan. Ketika menari Apsara, para penari mengenakan
pakaian yang ketat, warna-nya cerah dengan sarung tradisional, topi-nya
mencuat ke atas yang dihiasi sangat teliti dengan berbagai lapisan warna
kuning.
Menurut
legenda agama Hindu, tarian tersebut dipertunjukan oleh para bidadari
Apsara dalam acara melayani para dewa. Menurut legenda rakyat yang lain,
para bidadari Apsara adalah para bidadari awan dan air. Mereka main,
menari, membuat rumput-rumputan, pepohonan dan hewan berkembang berbiak
dan berbunga, berbuah, oleh karena itu, warga menganggap Apsara sebagai
dewi kemakmuran. Saudara Kimsoerun, seorang dosen Sekolah Menengah
Kesenian Kamboja memberitahukan: “Berbeda
dengan tarian-tarian tradisional dari negara-negara lain, tarian Apsara
menuntut penarinya harus lambat, tidak kaku, harus lembut sehingga
terlihat seperti helai-helai kain yang lembut dan halus, baru bisa
memanifestasikan jiwa dan keindahan tarian Apsara. Menari cepat mudah,
tapi menari lambat sangat sulit”.
Tarian
Apsara sampai sekarang ini dianggap sebagai aset dan jiwa nasional
Kamboja serta diakui oleh UNESCO sebagai Pusaka Budaya Nonbendawi Dunia.
Saban tahun, dengan mendapat bantuan Kerajaan, para seniman Apsara
melakukan pertunjukan dari semua penjuru Tanah Air, merekrut para
anak-anak, khususnya anak-anak yatim piatu dan anak-anak miskin untuk
belajar menari Apsara. Sekarang ini, selain melayani Kerajaan, ada
kira-kira 300 perani tarian Apsara yang selalu melakukan pertunjukan di
Gedung Teater Chatomuk dan di berbagai pusat kebudayaan. Ibu Vy Ratana,
seorang petugas dari Direktorat Kesenian Kamboja memberitahukan: “Pada
zaman genosida Pol Poth, semua nilai budaya Kamboja dimusnahkan sama
sekali, di antaranya ada tarian Apsara. Sampai sekarang ini, kami ingin
membangun kembali semua tarian untuk dipertunjukan di dunia, misalnya
Perancis, Jerman dan dimana ada orang Khmer, agar mereka bisa ingat
selama-lamanya akan tarian tradisional Apsara darti bangsa Kamboja”.
Bagi
Kamboja, tarian Apsara merupakan jiwa dan aset besar dari Tanah Air
beserta kompleks candi Angkor bersejarah. Kalau dulu, tarian Apsara
hanya diperuntukkan bagi Kerajaan atau para hulubalang besar dalam
Istana saja, tapi sekarang, ketika pariwisata Kamboja berkembang, tarian
Apsara dipopulerkan secara luas. Tarian Apsara telah menjadi identitas
budaya khas dari negeri pagoda yang tidak bisa dilewatkan turis ketika
berkunjung di Kamboja.
Komentar
Posting Komentar